Hari ini Gereja Katolik sejagat melakukan upacara cium salib. Saya sebut sejagat karena katolik itu sama di seluruh bumi. Bahkan kalau ada gereja katolik di planet lain juga pasti sama tata upacara cium salib.
Satu hal yang perlu diketahui umat katolik adalah perbedaan antara cium salib dan hormat salib. Ini adalah dua tindakan yang berbeda dalam konteks keagamaan di gereja katolik, terutama dalam tradisi Katolik.
Pertama, cium salib. Dalam gereja katolik, cium salib adalah tindakan mencium salib sebagai tanda penghormatan, kasih sayang, dan kesetiaan kepada Tuhan Yesus Kristus.
Dalam tradisi Katolik, cium salib sering dilakukan sebagai bagian dari ritual keagamaan, seperti saat misa atau prosesi.
Kedua, hormat Salib. Hormat salib adalah tindakan memberikan penghormatan kepada salib sebagai simbol keselamatan dan kasih Tuhan.
Hormat salib dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membuat tanda salib, berlutut, atau berdiri dengan hormat. Dan ini bisa dilakukan kapan saja, dimana saja terdapat salib yang layak dan pantas dihormati.
Lalu dimana bedanya. Sekilas tampak sama saja. Namun sesungguhnya ada perbedaan yang sangat mendasar. Perbedaannya adalah, cium salib lebih bersifat fisik dan ekspresif, sedangkan hormat salib lebih bersifat simbolis dan penghormatan. Cium salib sering dilakukan dalam konteks ritual keagamaan, digelar pada Jumat Agung, sebagai puncak perayaan kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus yang mengorbankan nyawaNya bagi seluruh umat manusia tanpa kecuali. Sedangkan hormat salib dapat dilakukan dalam berbagai situasi, dan ini sudah menyangkut sense of religion personal.
Dalam praktiknya, kedua tindakan ini dapat dilakukan bersamaan, seperti saat membuat tanda salib dan mencium salib sebagai tanda penghormatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Namun cium salib sudah pasti dilakukan saat Jumat Agung.
Tradisi cium salib tidak secara eksplisit disebutkan dalam Kitab Suci Alkitab. Namun, ada beberapa referensi yang dapat dihubungkan dengan praktik penghormatan dan cium sebagai tanda kasih dan penghormatan kepada Yesus Kristus yang terwakili oleh Rasul-RasulNya. Beberapa contoh seperti di Kisah Para Rasul 20:37: Paulus dicium oleh orang-orang Efesus sebagai tanda kasih dan penghormatan. Ada juga di
Roma 16:16: Orang-orang Kristen dianjurkan untuk saling memberi salam dengan cium kudus. Minimnya referensi Alkitab bisa dipahami karena peristiwa salib itu terjadi di detik detik terakhir kematian Yesus Kristus.
Walau dalam referensi Alkitab tidak secara eksplisit menunjukkan upacara cium Salib, namun tradisi gereja katolik secara sangat eksplisit menunjukkan hal ini. Praktik cium salib kemungkinan berkembang dalam tradisi Kristen awal sebagai cara untuk mengungkapkan kasih dan penghormatan kepada Tuhan Yesus Kristus dan simbol-simbol keagamaan. Gereja Katolik perdana meyakini bahwa salib membuat dunia diselamatkan. Tradisi ini kemudian berkembang dalam Gereja Katolik dan Katolik Ortodoks Timur sebagai bagian dari ritual keagamaan dan penghormatan kepada salib dan akhirnya berkembang hingga saat ini dengan tata upacara yang sangat sistematis.
Secara teologis, cium salib dapat diartikan sebagai tanda kasih dan penghormatan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang wafat di salib untuk menyelamatkan umat manusia. Disini perlu ditekankan bahwa umat manusia dan bukan hanya umat katolik. Artinya di luar katolik juga mendapat kesempatan yang sama. Praktik ini juga dapat dihubungkan dengan konsep penghormatan kepada simbol-simbol keagamaan dan sakramen.
Meskipun tradisi cium salib tidak secara eksplisit disebutkan dalam Kitab Suci, praktik ini memiliki akar dalam tradisi Kristen awal dan dapat dihubungkan dengan konsep penghormatan dan kasih kepada Tuhan.
Selamat merayakan Paskah
Arnoldus Dhae, S.Fil